A distinguishing aspect of therapeutic communication is its application to long-term communi- cation interactions. Therapeutic communication is defined as the face-to-face process of interacting that focuses on advancing the physical and emotional well-being of a patient. This kind of communication has three general purposes: collecting information to determine illness, assessing and modifying behavior, and providing health education. By using therapeutic communication, we attempt to learn as much as we can about the patient in relation to his illness. To accomplish this learning, both the sender and the receiver must be consciously aware of the con- fidentiality of the information disclosed and received during the communication process. You must always have a therapeutic reason for invading a patient’s privacy. When used to collect information, therapeutic communication requires a great deal of sensitivity as well as expertise in using interviewing skills. To ensure the identification and clarification of the patient’s thoughts and feelings, you, as the interviewer, must observe his behavior. Listen to the patient and watch how he listens to you. Observe how he gives and receives both verbal and nonverbal responses. Finally, interpret and record the data you have observed. As mentioned earlier, listening is one of the most difficult skills to master. It requires you to maintain an open mind, eliminate both internal and external noise and distractions, and channel attention to all verbal and nonverbal messages. Listening involves the ability to recognize pitch and tone of voice, evaluate vocabulary and choice of words, and recognize hesitancy or intensity of speech as part of the total communication attempt. The patient crying aloud for help after a fall is communicating a need for assistance. This cry for help sounds very different from the call for assistance you might make when requesting help in transcribing a physician’s order. The ability to recognize and interpret nonverbal responses depends upon consistent development of observation skills. As you continue to mature in your role and responsibilities as a member of the healthcare team, both your clinical knowledge and understanding of human behavior will also grow. Your growth in both knowledge and understanding will contribute to your ability to recognize and interpret many kinds of nonverbal communication. Your sensitivity inlistening with your eyes will become as refined as—if not better than—listening with your ears. The effectiveness of an interview is influenced by both the amount of information and the degree of motivation possessed by the patient (interviewee). Factors that enhance the quality of an interview consist of the participant’s knowledge of the subject under consideration; his patience, temperament, and listening skills; and your attention to both verbal and nonverbal cues. Courtesy, understanding, and nonjudgmental attitudes must be mutual goals of both the interviewee and the interviewer. Finally, to function effectively in the therapeutic communication process, you must be an informed and skilled practitioner. Your development of the required knowledge and skills is dependent upon your commitment to seeking out and participating in continuing education learning experiences across the entire spectrum of healthcare services.
Welcome to My Blog
Hey...
1st day i will write article about physicology nursing, i hope can help every body to learn about care of ourself and patient also other.
thanxz so much for your attention.
be patient.
NEW GENERATION
Monday, December 28, 2009
THERAPEUTIC COMMUNICATION
Sunday, July 12, 2009
Konsep Komunikasi Terapeutik
Proses Komunikasi
Komunikasi manusia merupakan proses dinamis yang dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan psikologis partisipan. Model struktural komunikasi mengidentifikasi lima komponen fungsional berikut ini.
1. Pengirim-penyampai pesan.
2. Pesan-unit informasi yang disampaikan dari pengirim kepada penerima.
3. Penerima-yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi oleh pesan.
4. Umpan balik-respon penerima pesan kepada pengirim pesan
5. Konteks-tempat komunikasi terjadi.
Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima elemen struktural ini, masalah spesifik atau kesalahan yang potensial dapat diidentifikasi.
Teknik Komunikasi Terapeutik
Dua persyaratan komunikasi yang efektif, yaitu (1) komunikasi ditujukan untuk menghormati baik perawat maupun pasien dan (2) komunikasi tentang penerimaan atau pengertian mendahului tiap saran informasi atau informasi yang lebih spesifik. Terdapat berbagai metode pencacatan komunikasi perawat-pasien. Metode tersebut termasuk rekaman video, rekaman suara, dan verbatim, gambaran kasar, dan catatan pasca interaksi.
Hubungan terapeutik perawat-pasien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman emosional korektif bagi pasien. Dalam hubungan ini, perawat menggunakan diri(self) dan teknik-teknik klinis tertentu dalam menangani pasien untuk meningkatkan pemahaman dan perubahan perilaku pasien.
Sifat Hubungan
Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan pasien dan meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan terhadap diri.
2. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
3. Kemampuan membina hubungan interpersonal, saling tergantung, dan intim dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personl yang realkitas.
Untuk mencapai tujuan ini, berbagai aspek pengalaman hidup pasien dikaji selama berlangsungnya hubungan. Perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengeksppresikan persepsi, pikiran, dan perasaanya serta menghubungkan hal tersebut dengan tindakan yang diamati dan dilaporkan. Area konflik dan ansietas diklarifikasi. Juga penting bagi perawat untuk mengidentifikasi dan memaksimalkan kekuatan ego pasien serta mendukung sosialisasi dan hubungan dengan keluarga. Masalah komunikasi diperbaiki dan pola perilaku baru danmekanisme koping yang lebih adaptif.
Penggunaan Diri secara Terapeutik
Perangkat pembantu utama yang dapat digunakan oleh perawat jiwa dalam praktik adalah dirinya. Jadi, analisis diri merupakan suatu aspek penting pada asuhan keperawatan yang terapeutik. Kualitas personal tertentu yang dibutuhkan oleh perawat yang berkeinginan memberi asuhan terapeutik meliputi hal berikut ini :
1. Kesadaran nilai
2. Klarifikasi nilai
3. Eksplorasi perasaan
4. Kemampuan menjadi model peran
5. Motivasi altruistik
6. Rasa tanggung jawab dan etik
Fase Hubungan
Terdapat empat fase berurutan dalam hubungan perawat-pasien, (1)fase prainteriaksi(2)fase orientasi atau perkenalan(3)fase kerja, dan (4)fase terminasi
Komunikasi Fasilitatif
Teori komunikasi berhubungan dengan praktik keperawatan jiwa untuk tiga alasan utama.
1. Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan terapeutik karena komunikasi mencakup penyampaian informasi dan pertukaran pikiran dan perasaan.
2. Komunikasi adalah cara yang digunakan untuk mempengaruhi prilaku orla lain. Oleh karena itu,
komunikasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan intervensi keperawatan karena proses keperawatan ditujukan untuk meningkatkan perubahan perilaku adaptif.
3. Komunikasi adalah hubungan itu sendiri, tanpa komunikasi, hubungan terapeutik perawat-pasien tidak mungkin tercapai.
Tingkat Komunikasi
Komunikasi Verbal terjadi melalui media kata-kata, lisan atau tulisan, dan komunikasi verbal mewakili segme kecil dari komunikasi secara menyeluruh. Validasi tentang makna komunikasi verbal antara perawat dan pasien sangat penting.
Komunikasi Nonverbal meliputi pancaindra dan mencakup segala hal selain kata yang tertulis dan diucapkan. Ada lima kategori komunikasi nonverbal yaitu :
- Isyarat vokal : suara dan bunyi paralinguistik atau extraspeech.
- Isyarat tindakan : semua gerakan tubuh, termasuk ekspresi wajah dan postur.
- Isyarat objek : objek yang digunakan secara sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
- Ruang : jarak fisik antara dua orang.
- Sentuhan : kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi nonverbal yang paling personal.
Dimensi Hubungan
Keterampilan atau kualitas tertentu harus dicapai oleh perawat untuk memulai dan meneruskan hubungan terapeutik. Keterampilan tersebut menggabungkan perilaku verbal dan nonverbal serta sikap dan perasaan yang melatarbelakangi komunikasi perawat. Keterampilan ini secara luas dibagi menjadi dimensi responsif dan tindakan.
1. Dimensi Responsif mencakup kesejatian, hormat, pengertian empati, dan kekongkretan. Dimensi ini penting dalam fase orientasi hubungan untuk membina rasa percaya dan komunikasi terbuka. Dimensi ini terus bermanfaat sepanjang fase kerja dan fase terminasi serta memungkinkan pasien mencapai pemahaman.
2. Dimensi yang Berorientasi padaTindakan mencakup konfrontasi, kesegeraan, pengungkapan diri perawat, katartis emosional, dan bermain peran. Dimensi ini harus diimplementasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsif. Dimensi ini membantu kemajuan hubungan terapeutik dengan mengidentifikasi hambatan pertumbuhan pasien dan tidak hanya memperhitungkan kebutuhan akan pengertian atau pemahaman internal, tetapi juga tindakan eksternal dan perubahan perilaku.
Rujukan :
Linda Carman Copel : Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Edisi 2: EGC. Jakarta
Gail W. Stuart : Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5: EGC. Jakarta